Kamis, 30 Mei 2013

Gerakan Buruh Dari Isu Ekonomi dan Sosial Menuju Politik

  
I. Kepekaan Penguasa Terhadap Nasib Buruh

A. Kasus Buruh di Tangerang
Mengenaskan, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan nasib 34 buruh yang bekerja di pabrik pengolahan limbah menjadi panci aluminium, Kampung Bayur Opak, RT 03 RW 06, Lebak Wangi, Sepatan Timur, Tangerang, Banten. Buruh tersebut disuguhi janji manis untuk meningkatkan taraf ekonomi dan kehidupan namun ternyata malah diperbudak.

Salah satu buruh yaitu Arifudin mengaku bekerja mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Dia dan teman-temannya mendapat istirahat hanya saat makan siang. Untuk menjalankan shalat lima waktu, dia mengaku tidak diperkenankan oleh bos dan empat mandornya. Mandor selalu memberikan tugas lain begitu buruh telah selesai melakukan tugasnya.

Pabrik kuali tersebut luasnya sekitar 50x40 meter persegi tersebut, terdapat satu bangunan memanjang dengan enam kamar. Dalam tiap-tiap kamar itulah para buruh tinggal. Kondisinya pun sangat tak memenuhi standar kelayakan. Seluruh dinding berdebu dan banyak sarang laba-laba, kamar tidur tak beralas kasur, pencahayaan redup, dan bersuhu suhu lembab. Mereka tidur di salah satu ruangan semi permanen seluas sekitar 8x6 meter persegi, dekat ruang kerja. Dinding tampak jebol di beberapa bagian dan udara lembab tak nyaman untuk bernafas. Seusai bekerja hampir seharian, mereka tidak diperkenankan untuk bersosialisasi di luar pabrik. Mereka juga jarang mandi. Kalau mandi pun cuma pakai air doang, kadang-kadang malah pakai sabun colek doang. Banyak diantara mereka yang kena kudis, kurap, gatal-gatal. Gaji yang menjadi haknya pun tidak kunjung dibayarkan sejak pertama menginjakkan kaki di pabrik, serta mendapat tindak kekerasan.

KOMPAS/LASTI KURNIA
Pabrik kuali yang menjadi tempat penyekapan dan perbudakan buruh di Tangerang

Pemilik pabrik kuali tersebut yakni Yuki Irawan (41) dan empat orang mandor, yakni Sudirman (34), Nurdin (34), Jaya alias Mandor (41), dan tangan kanan Yuki, Tedi Sukarno (34). Selain itu, menurut informasi buruh, pemilik menyewa anggota Brimob untuk menakuti buruh. Buruh menyatakan kalau melawan atau kabur, kaki mereka akan ditembak. Akibatnya tidak ada yang berani protes terhadap perlakuan yang mereka terima. Mereka bisa lepas dari perbudakan, berkat dua orang buruh rekannya, yakni Andi Gunawan dan Junaedi. Senin, 15 April 2013, keduanya bisa melepaskan diri dari sekapan bos mandor di pabrik itu. Mereka lari ke kampung halaman dan melaporkan apa yang terjadi ke Polres Lampung Utara. Kepala Satuan Resor Kriminal Kepolisian Resor Kota Tangerang Ajun Komisaris Besar Shinto Silitonga mengatakan, dari laporan kedua orang tersebut, pihaknya pun melakukan pemeriksaan ke pabrik pada 3 Mei 2013 pukul 01.00 WIB.

Apa yang dilaporkan Andi dan Junaedi pun terbukti. Yuki serta empat mandornya ditangkap petugas kepolisian. Dua orang mandor lain atas nama Jack dan Tio, dinyatakan buron. Tersangka diancam Pasal 333 KUHP tentang Merampas Kemerdekaan Orang Lain dan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan dengan ancaman hukuman delapan tahun penjara. Yuki Irawan, pemilik pabrik pengolahan limbah menjadi panci aluminium di Tangerang, yang menjadi tersangka perampasan kemerdekaan dan penganiayaan puluhan buruhnya, dikenal dekat dengan polisi dan preman. Beberapa masalah Yuki dengan para tetangga pun diselesaikannya sewenang-wenang dengan bantuan polisi dan preman itu. Temuan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), para buruh itu setiap harinya hanya diberikan makanan sambal dan tempe, jam kerja melampaui batas, dan diberikan tempat tinggal yang tak layak. Mereka juga diancam ditembak dengan timah panas oleh aparat yang diduga dibayar oleh pengusaha di sana.
Buruh di Pabrik Kuali Tangerang Faktanya terdapat keterlibatan aparat desa dan oknum polisi. Dalam pemeriksaan diungkap bahwa pemilik pabrik masih bersaudara dengan kepala desa setempat bahkan kades mengetahui kejadian tersebut dan tidak melakukan tindakan apapun. Keterlibatan aparat kepolisian yang menjerat dua oknum brimob kerap menjadi beking intimidasi diungkap para buruh sendiri. Pemerintah lalai dalam melindungi kaum buruh.

Peristiwa penyekapan buruh selama tiga bulan di pabrik kuali, di Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, adalah bukti nyata dari kealpaan negara memenuhi kesejahteraan kaum buruh. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengatakan kasus buruh kuali menunjukan lemahnya pengawasan perburuhan yang nampaknya masih marak di Republik ini. Terlebih kasus tersebut terjadi dekat dengan pusat kekuasaan. “Bisa dipastikan masih banyak kasus serupa di banyak tempat, di mana upah buruh dibayar UMP/K, outsourcing dan jam kerja panjang,”

 B. Buruh Migran Di Luar Negeri 
Data Migrant Care menyebut saat ini jumlah buruh migran Indonesia di luar negeri sekitar 6,5 juta orang yang tersebar di sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura dan Hongkong. Kebanyakan dari mereka perempuan dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Selama ini buruh migran belum mendapatkan hak-haknya secara baik bahkan pelecehan dan kekerasan pun kerap menimpa buruh migran Indonesia.

Pemerintah dinilai belum mampu memberikan perlindungan terhadap buruh migran di luar negeri. Masih banyak pelanggaran hak pekerja Indonesia yang dilanggar. Di antaranya paspor dipegang majikan, gaji tidak dibayar, tidak ada hak cuti, bahkan dipancung, dan ditembak. Walaupun pemerintah mengantongi 11 nota kesepakatan (MoU) dengan 10 negara tujuan, tetapi pelanggaran hak-hak buruh migran masih sering terjadi.

Eksekutif Direktur Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, MoU yang ada tidak mencerminkan standar hak asasi manusia (HAM) dalam melindungi buruh migran di luar negeri. Selain itu, sejak Indonesia memiliki MoU dengan negara lain belum ada evaluasi sehingga tidak efektif.
Buruh Migran 

C. Kasus Runtuhnya Terowongan Ruang Bawah Tanah Big Gossan di PT Freeport Indonesia
Runtuhnya terowongan di kelas pelatihan ruang bawah tanah PT Freeport Indonesia, menjadi sorotan dunia pada pertengahan Mei 2013. Sebanyak 38 pekerja berada di bawah tanah saat kejadian pada pagi hari pukul 07.30 WIT, Selasa 14 Mei 2013. Hari itu merupakan hari kedua dari training soal keselamatan kerja. Sebenarnya ada 40 orang pekerja yang mengikuti training tahunan tersebut.

Namun pada saat kejadian, dua orang pekerja datang terlambat dan 38 lainnya hadir di ruang kelas. Sebanyak 200 orang tim penyelamat diturunkan guna mencari 38 korban hilang. Dibutuhkan waktu berhari-hari untuk mengevakuasi korban. Pekerjaan tim penyelamat terhambat sempitnya terowongan dan potensi runtuhan susulan. Setelah seluruh korban ditemukan, proses evakuasi telah dihentikan sejak Selasa (21/5/2013), pukul 21.00 waktu setempat. Sebanyak 10 korban selamat karena berada di pinggir kelas, sementara 28 berada di dalam ruang kelas ditemukan sudah tak bernyawa. Longsor terjadi di ruang kelas 11, pusat pelatihan yang terdapat di terowongan Big Gossan.

Big Gossan terletak di ketinggian 3.020 meter dari permukaan laut, namun memiliki kedalaman 600 meter dari permukaan tanah. Jarak titik longsor ke pintu masuk terowongan 500 meter. Ruang kelas yang beratapkan seng tidak kuat menahan reruntuhan batu yang menimpa. Ruang kelas tersebut sedang digunakan oleh karyawan Freeport untuk pelatihan keselamatan dan keamanan tambang bawah tanah. Kelas yang dipakai untuk ruang pelatihan tersebut berukuran 5 meter x 10 meter yang telah dibangun sejak 15 tahun yang lalu. Kelas yang digunakan sejak tahun 2000 itu berlokasi jauh dari area produksi tambang. Saat runtuhan pertama, sekitar 10 orang yang berada di pinggir pintu langsung keluar, sedangkan sisanya 28 orang terjebak di dalam. Namun, akibat tanah yang belum stabil, longsor susulan terjadi dan ruangan menjadi ambruk oleh berbagai batu seberat 500 ton menimbun 28 orang.

Big Gossan adalah tambang bawah tanah yang berbeda dengan Grasberg yang merupakan tambang terbuka. Freeport mengharapkan tambang Big Gossan bisa menghasilkan logam tambahan sebesar 125 juta pound tembaga dan 65 ribu emas per tahun. Freeport Indonesia saat ini sedang melakukan upaya pengembangan cadangan mineral di Big Gossan. Tambang ini akan menjadi penghasil logam penting di saat cadangan tambang terbuka Grasberg sudah habis.

Big Gosan membuka peluang untuk mengadakan pelatihan tenaga kerja ketika nantinya terjadi peralihan ke tambang bawah tanah setelah pekerjaan tambang Grasberg selesai. Tambang ini juga menawarkan profil produksi yang fleksibel yang dapat berhenti dan memulai tanpa berdampak ke cadangan. Berikut ilustrasi runtuh terowongan Big Gossan (Foto: dok Freeport) 1. Runtuhan batuan menimbun ruang kelas di Big Gossan. Sebanyak 38 orang sedang berada di dalam kelas guna mengikuti pelatihan soal keselamatan.
2. Terowongan Big Gossan berada di ketinggian 3.020 meter di atas permukaan laut.
3. Sebanyak 200 tim penyelamat diterjunkan untuk mencari 38 korban yang tertimbun reruntuhan.
4. Proses evakuasi dan penyelamatan dilakukan sangat hati-hati karena dikhawatirkan bisa menimbulkan runtuhan susulan.
5. Freeport akan melakukan investigasi penyebab runtuhnya terowongan di area fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan.
Tim evakuasi pada dua hari pertama menyingkirkan reruntuhan batu tersebut dengan cara manual agar tidak terjadi longsor susulan. Pada hari ketiga, dua alat berat mulai dimasukkan untuk mempercepat proses evakuasi. Freeport telah menyiapkan pertambangan bawah tanah sejak 1998 lalu, menyiapkan infrastruktur bawah tanah sejak 2005, dan mulai memproduksi Big Gossan pada akhir 2010. Big Gossan diproduksi dengan menggunakan metode stope terbuka dengan paste backfill yang disemen. Memasuki era penambangan bawah tanah pada 2017 mendatang,

Freeport Indonesia menyiapkan investasi hingga US$17 miliar (Rp159 triliun) selama 29 tahun (dari 2012 hingga 2041).

Perhatian Presiden Chili Terhadap Pekerja Tambang 

Kejadian runtuhnya lokasi tambang emas bukan yang pertama kali terjadi. Yang paling fenomenal dan tak terlupakan adalah proses penyelamatan 33 pekerja tambang di Chili yang terkubur di bawah tanah sedalam 700 meter. Pekerja tambang terjebak di ruang bawah tanah, lokasi tambang emas dan tembaga San Jose, Chili. Semua dievakuasi hidup-hidup setelah proses penyelamatan selama 69 hari

Presiden Chili Sebastian Pinera beberapa kali terjun langsung ke lokasi memantau proses pengeboran. Dirinya yakin proses penyelamatan akan berhasil mengingat peralatan yang digunakan cukup canggih dan memadai. Proses penyelamatan memakan biaya sebesar US$ 20 juta.

 Pada 13 Oktober 2010, Piñera sama sekali tidak tidur, ketika proses mengeluarkan para pekerja tambang itu dimulai pukul 00:10 (dini hari) sampai dengan 21:55 (menjelang tengah malam) waktu setempat. Presiden Chili langsung ke lokasi untuk beri semangat ke mereka kepada petugas yang akan selamatkan korban. Setiap pekerja yang berhasil keluar dari reruntuhan itu, langsung dipeluk Piñera. Padahal mereka semua tentu sudah sangat kotor dan berbau karena terkubur ratusan meter di bawah tanah di dalam udara lembab dan tidak terkena sinar matahari selama 69 hari. Peristiwa itu membuat nama Pinera melambung tinggi, dia makin dicintai rakyatnya.
Proses Evakuasi Korban Pekerja Tambang Chili

Perhatian Presiden SBY

Presiden SBY mengatakan, peristiwa kecelakaan runtuhnya terowongan di area tambang Freeport, di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua itu sangat berbeda dengan perisitiwa runtuhnya terongan tambang emas di Chili. Beliau menjawab gugatan beberapa orang karena perhatian presiden berbeda dengan perhatian presiden Chili.

SBY menjawab, “Karyawan yang terperangkap pada kasus tambang Chili dipastikan masih hidup dan bisa berkomunikasi dan memiliki logistik. Oleh karena itu para karyawan ibarat tertutupi dan tidak terkena runtuhan. Dengan penggunaan teknologi untuk penyelamatan maka para pekerja bisa diselamatkan”. Kejadian di Freeport benar-benar beda karena saat mereka melakukan pelatihan hari pertama 40 orang, hari kedua 38 orang. Atap tempat dimana mereka berada runtuh jatuh langsung menimpa mereka yang sedang melaksanakan pelatihan.

Di Chili, menurut SBY, terowongan runtuh, para pekerjanya terjebak di dalamnya, tetapi masih hidup, sampai bisa dikeluarkan dari sana. Sedangkan di area tambang Freeport itu, terowongannya runtuh langsung menimpa dan menimbun para pekerjanya.

 Lain lagi dengan komentar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Said Iqbal. Beliau mengatakan upah pekerja Freeport Indonesia sangat jauh lebih rendah daripada pekerja Freeport di Chili. Demikian juga dengan tingkat keselamatan kerjanya yang sangat memprihatinkan, sedangkan pekerja tambang di Chili terjamin hak-haknya atas keselamatan kerja yang tinggi.

Said Iqbal mengatakan, upah seorang pekerja Freeport di Indonesia hanya sekitar Rp. 2 juta – Rp. 3 juta per bulan. Sedangkan upah seorang pekerja Freeport di Chili sekitar Rp. 19 juta per bulan. Ironisnya, pemerintah justru memperparah nasib buruh tambang, dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2005 tentang jam kerja pekerja tambang.

Dalam regulasi itu disebutkan, pekerja tambang bisa bekerja selama 12 jam per hari selama 10 minggu berturut-turut (Liputan6.com) Dari 12 perusahaan tambang Freeport di seluruh dunia, juga diketahui upah pekerja di Freeport Indonesia adalah yang paling rendah. Untuk jabatan yang sama. Saat ini, upah per jam pekerja Freeport di Indonesia adalah USD 1,5 – USD 3. Padahal di negara lain mencapai USD 15-USD 35 per jam (Jawa Pos, Selasa, 21/05/13, “Ironi Tak Tersentuh Freeport,” Effnu Subiyanto).
Demonstrasi Karyawan PT Freeport Indonesia

II. Hubungan Pengusaha Dengan Buruh
 Nasib Buruh di Dunia Ketiga
Negara didunia ketiga atau Negara berkembang adalah negara yang masyarakatnya masih berpendapatan masih rendah dan lapangan kerja yang masih terbatas. Sehingga upah yang diterima pun masih relatif rendah. mengingat SDM yang dimiliki oleh negara berkembang masih kurang dalam pemberdayaan masyarakatnya. Dengan biaya produksi yang rendah, sehingga akan banyak menarik para investor untuk berinvestasi di negara-negara yang sedang berkembang.

Nasib buruh di dunia ketiga, kebanyakan kurang diperhatikan karena beberapa faktor antara lain adalah SDM yang masih rendah kualitasnya dan lapangan pekerjaan yang terbatas sehingga persaingan dalam dunia kerja masih sangat padat. Dari segi penghasilan para buruh didunia ketigapun yang rendah sehingga kesejahteraan buruh masih jauh dari layak.

 Di Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ketergantungan masih tinggi terhadap investor asing. Ketergantungan ini mengakibatkan pemerintah Indonesia sering mengambil kebijakan yang menguntungkan investor dan mengabaikan kaum pekerja. Investor asing tentunya dapat menambah pendapatan negara, membuka lapangan kerja, dsbnya namun disisi lain menyebabkan masalah misalnya ketergantungan Negara yang semakin tinggi terhadap investor.

Investor mencari tempat untuk mengembangbiakkan uangnya. Pilihan kepada Negara berkembang karena dengan upah buruh yang relatif murah, tenaga buruh dapat di genjot untuk memproduksi barang dengan jumlah yang lebih banyak, regulasi yang fleksibel, birokrasi yang korup, perhatian terhadap lingkungan yang masih kurang. Point-point tersebut tentunya dapat mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan. Di sisi lain banyak peraturan dan kode etik perusahaan yang justru tidak diketahui oleh para buruh. Buruh di negara berkembang hanya di jadikan mesin pencetak uang saja. sedangkan untuk hak buruh para pengusaha hanya memberikan sebagian saja. dari segi tunjangan-tunjangan yang merupakan hak para buruh, kebanyakan perusahaan tidak memberikannya. para pengusaha hanya memberikan upah sebagai balas jasa sedangkan tunjangan yang merupakan hak buruh tidak di berikan.

 Dikutip dari status jejaring sosial Bapak Handoko Wibowo, seorang pejuang kaum tani dan sahabat kaum buruh. Tokoh & Saya (214): Mak Kar asal dk Kemadang,Pagilaran, Blado, Batang. Sejak kecil saya dididik untuk hormat pada para pembantu keluarga.

Nenek berkata, "Mereka sudah jadi keluarga kita, jangan pernah kamu suruh apapun waktu lagi makan, jangan pernah kamu membentak-bentak, jangan pernah kamu menghina, jangan pernah pelit soal makanan.." Sehingga mak Karni juga adik adiknya bekerja di rumah kami sampai puluhan tahun. Mereka menjadi keluarga beneran. hubungan yang dibangun bukan lagi majikan dgn pembantunya.

Hal yang saya ingat, waktu usaha keluarga saya bangkrut (th 1992), pabrik kapuk papa tutup dan toko emas mama dijual diganti jadi toko roti. Mak Kar yang sudah sepuh dan sudah tidak bekerja lagi di keluarga kami berkunjung. Beliau bilang pd papah yg sudah bukan orang kaya lagi, "Pak Budi, butuh ini untuk utang bank?" sambil beliau tunjukkan sertifikat kebunnya. Beliau tulus bermaksud mencoba bantu keluarga kami yang lagi sulit. Dengan kaget dan terharu keluarga kami menolak. Keluguan sebagai upaya balas budi.

Sekarang... saya heran kalau Apindo sbg majikan mengganggap kaum buruh sebagai musuh. Hubungan apapun kalau dgn SPIRIT baik berbuah baik.
 III. Mencermati Metamarfosis Gerakan Buruh Menjadi Gerakan Sosial dan Politik
Gerakan buruh saat ini dapat mengambil peran sebagai pembaharu di Indonesia ditengah-tengah lesunya penguatan masyarakat sipil. Komponen masyarakat sipil terdiri dari partai politik, media dan organisasi masyarakat. Semua partai politik disinyalir telah terjangkiti virus korupsi dan kolusi, sebagian media terkooptasi oleh kapitalisme, bahkan pemilik media-media besar adalah pengusaha yang merangkap tokoh partai politik, LSM banyak didanai oleh lembaga-lembaga asing dan mahasiswa tidak lagi segagah dulu semenjak diterapkannya otonomi kampus. Sekarang kita lebih sering melihat mahasiswa di mall dan café daripada di jalanan. Kalaupun ada yang turun ke jalan, massanya sangat minim dan kurang militan. Karena itu, kesempatan gerakan buruh untuk mencatat sejarah sebagai bagian dari pembaharu di Indonesia terbuka lebar.


Akhir-akhir ini gerakan buruh begitu gencar turun ke jalan, tuntutan mereka mulai dari ekonomi, hingga social. Kehadiran gerakan buruh yang massif cukup diperhitungkan oleh penguasa. Terbukti pimpinan serikat buruh di undang ke istana oleh Presiden SBY dan diberikan hadiah May Day sebagai hari libur nasional. Namun sepertinya ini baru awal, masih banyak dari tuntutan tersebut yang belum dapat dipenuhi oleh penguasa.

Menurut analisa penulis, tuntutan buruh tersebut seperti upah murah, outsourcing, penerapan bpjs, ruu kamnas dan kenaikan bbm bukan lagi motif pragmatis semata, namun sudah menyentuh wilayah system. Dengan model system neolib yang diterapkan penguasa, maka sangat sangat sulit bagi SBY untuk memenuhi tuntutan buruh. Tuntutan diatas tidak mungkin dipenuhi oleh system neolib yang hanya menganggap buruh hanya sebagai factor produksi dan tidak punya hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan kebijakan. Karena itu, Pemerintah SBY akan bermain tarik ulur untuk memenuhi tuntuan buruh sembari menunggu masa pemerintahannya habis.

Jika demikian adanya, maka gerakan buruh selayaknya bertransformasi menjadi gerakan politik. Tidak mungkin mengubah suatu system tanpa ikut hadir didalamnya. Kecuali gerakan jalanan tersebut siap untuk melakukan “people power”. Namun untuk melakukan people power sekalipun bukan perkara mudah, banyak prakondisi yang harus dilakukan sebelumnya.

 Ada beberapa saran dibawah ini terkait metamarfosis gerakan buruh dari isu ekonomi, social menjadi isu politik.
1. Isu yang dibawa meluas ke social dan politik.
 Dalam sejarah gerakan buruh telah mewarnai dinamika peradaban manusia. Bahkan gerakan buruh menjadi bagian integral dari kekuatan sosial progresif yang berperan aktif dalam merubah orientasi kebijakan politik, ekonomi, dan sosial negara.

Dalam pandangan Antonio Gramsci, ketertindasan kelas buruh harus dilawan dengan kontra-hegemoni dengan melawan perang disemua lini terhadap kelas borjuis yang melakukan hegemoni. Kelas buruh harus mengartikulasikan kepentingan sektoralnya menjadi kepentingan umum dan merealisasikannya dalam kepemimpinan moral dan politik.

Isu-isu pragmatis yang dibawa oleh kaum buruh, hendaknya sedikit demi sedikit bergeser ke isu social politik. Isu social politik misalnya dukungan politik gerakan buruh pada kepala daerah yang berkomitmen dan simpatik terhadap gerakan buruh, jangan pilih wakil rakyat yang tidak peduli terhadap gerakan buruh atau mengecam kebijakan yang tidak pro nasib buruh. Isu-isu tersebut dapat menjadi pintu masuk gerakan buruh terlibat dalam pengambilan kebijakan.

2. Menjadi Partai Politik
Kasus di Amerika latin merupakan perbandingan yang cukup menarik, dimana kultur Amerika latin hampir mirip dengan Indonesia, misalnya diantara lain: paternalistic, kemiskinan marajelela, mudah terpancing oleh isu yang sensitive dan lama terjajah.

Dalam satu decade ini, sebagian besar pemerintahannya dipegang oleh partai politik, yang didukung oleh serikat buruh, petani atau golongan termarjinalkan ditambah sokongan kalangan agamawan. Mayoritas penduduknya sudah jenuh dengan keangkuhan kaum kaya, korupsi di birokrasi, tekanan pihak militer, eksploitasi kaum miskin, buruh, petani, nelayan, kemiskinan yang makin tinggi, kesenjangan yang semakin jauh, harga kebutuhan dasar yang makin tinggi, sedangkan daya beli semakin melemah serta tidak adanya keteladanan dari pemimpin. Factor-faktor itulah yang mempengaruhi mengapa partai politik yang didukung oleh buruh, petani dan nelayan menjadi partai yang berkuasa saat ini.

Kondisi ini hampir sama dengan kondisi Indonesia, bahkan sampai beberapa tahun mendatang. Korupsi menghinggapi seluruh partai, kebobrokan elit penguasa dipertontonkan setiap hari dihadapan rakyat, disisi lain tayangan di tivi menunjukkan kemewahan, glamor atau segala sesuatu yang membuat rakyat miskin semakin miskin tidak hanya miskin harta tetapi miskin jiwa, keteladanan menjadi barang langka yang diuber kemana saja. Prediksinya, dalam kurun waktu kedepan, bukan tidak mungkin akan muncul suatu partai politik yang akan didukung oleh buruh, petani, nelayan, kaum miskin kota dan kalangan agamawan.

Partai ini nantinya akan menganut mazhab sosialis religious. Partai tersebut akan mengusung tema; kesejahteraan bagi kaum termarjinalkan, ekonomi yang menguatkan kaum miskin, pemerataan ekonomi dan kebebasan menjalankan agamanya masing-masing. Kondisi menuju partai politik alternative yang didukung oleh berbagai kaum termarjinalkan akan dipelopori oleh serikat buruh. Mengapa serikat buruh paling optimis menyongsong isu tersebut? Karena dari berbagai gerakan kemasyarakatan yang ada, yang mencoba untuk mendobrak kebijakan neolib yang dianut pemerintah orde baru maupun SBY, gerakan buruh adalah gerakan yang paling siap dengan massa yang terpusat di kota-kota besar, dan saat ini memiliki konsolidasi yang paling massif disbanding gerakan yang ada

3. Merumuskan Tujuan Akhir
Gerakan Gerakan buruh sendiri dapat diartikan sebagai perjuangan dari kelas pekerja yang sadar dengan sekumpulan ide, gagasan, sistem nilai dalam memperjuangkan kepentingan kelas pekerja dan nilai-nilai universal, baik itu keadilan, kebebasan dan kesejahteraan. Oleh karena itu sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki kesadaran, sudah tentu gerakan buruh dapat melihat dan merasakan tata struktur masyarakat yang tidak adil. Dalam tata struktur masyarakat yang bersifat kapitalisme, ada ruang gelap penindasan yang dilanggengkan oleh kelas berkuasa (the rulling class) terhadap kelas tertindas (the oppressed class).

Masyarakat Kapitalisme membentuk arsitektur eksploitasi menjadi penghisapan tenaga kerja buruh untuk keuntungan ekonomi dalam hubungan produksi. Dalam masyarakat kapitalis, motivasi dan tujuan utama dari sistem masyarakat ini adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan merupakan motif utama para kapitalis untuk menjalankan roda ekonomi.

Sebaliknya, menurunnya tingkat keuntungan akan membuat para kapitalis enggan berinvestasi, karena tingkat akumulasi menurun dan ujung-ujungnya mengirim ekonomi kapitalis ke dalam krisis. Keuntungan kelas kapitalis diperoleh dengan membeli tenaga buruh dengan harga murah untuk menekan biaya produksi dan menjual hasil produksi dengan harga mahal (akumulasi modal). Mayoritas gerakan buruh diberbagai dunia mengusung sosialisme. Hal ini menjadi wajar karena memang sosialisme lahir dari kemiskinan dan ketidakadilan.

Tujuan akhir dari sosialisme adalah menghapus kelas dimasyarakat, tidak ada lagi kelas penindas dan tertindas, dan tidak ada lagi kelas borjuis dan proletar. Oleh karena itu, gerakan buruh seyogyanya merumuskan tujuan akhir gerakan. Hal itu menjadi penting karena merupakan cerminan dari jiwa gerakan buruh. Tujuan akhir gerakan hendaknya berupa kata-kata yang sifatnya mencerahkan, membuat impian menjadi kenyataan dan tidak pragmatis. Misalnya saja tujuan akhir dari gerakan buruh adalah berjuang mewujudkan keadilan dan persamaan hak. Keadilan adalah kata-kata yang bersifat universal dan persamaan hak adalah impian dari kaum pekerja.

4. Perlu Membangun Proses Ideologisasi
Dalam gerakan buruh, berserikat menjadi modal utama kekuatan buruh dalam melakukan langkah-langkah perlawanan dan perjuangan. Serikat buruh terbentuk untuk mewakili pembelaan dan mensejahterakan anggotanya. Serikat pekerja juga menjadi tempat kawah candradimuka kaderisasi kelas pekerja yang mampu merumuskan kebutuhan gerakan saat ini, baik kebutuhan internal organisasi ataupun permasalahan-permasalahan di luar organisasi. Buruh yang berserikat akan lebih optimal dalam memperjuangkan hak-hak nya daripada berjuang sendiri-sendiri karena kekuatan kelas pekerja terletak pada jumlahnya yang besar.

Jika para buruh bersatu dalam serikat buruh, maka posisi tawar buruh akan lebih besar jika berhadapan vis a vis dengan pemilik modal. Tidak ada yang meragukan kekuatan buruh jika mereka bersatu, bahkan negara pun akan gentar melawan nya. Maka Karl Max pernah menyerukan "working men all countries, unite!'" dalam manifesto komunis. Ideologi merupakan jiwa bagi gerakan buruh. Gerakan buruh yang tidak memilliki ideology tidak akan terjebak pada kepentingan jangka pendek atau pragmtis semata. Misalnya kepentingan upah minimum, kesinambungan kerja, karir dan sebagainya.

Sebaliknya gerakan buruh yang memiliki ideology, akan memiliki tujuan jangka panjang, tidak hanya menuntut kenaikan upah, namun juga pemerataan ekonomi, akses pada jalur-jalur politik, ikut berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Menurut Arie Sujito, ideology tidak lahir dari training dan modul tapi berangkat dari benturan realitas. Dalam konteks buruh, ideology ini menjadi problematic karena proses deideologisasi yang dialakukan oleh orde baru. Lemahnya pendidikan politik di tingkat buruh juga membuat proses ideologisasi buruh menjadi terhambat. Kesadaran tidak terbangun karena kurangnya pengetahuan buruh di tingkat grassroot.

Agar ideology menyentuh ke dalam gerakan buruh, maka menurut Hari Nugroho, ideology harus diterjemahkan dari premis-premis yang lebih fundamental tetang hubungan antara perorangan dengan masyarakat, hubungan perorangan dengan Negara. Selain itu bagaimana, hubungan itu dilakukan. Menurut Arie Sujito, yang terpenting adalah memberi makna atas ideology atau atas praktik social pabrik dibandingkan memberi pengetahuan ideology kepada buruh.

Training-training kepemimpinan pada serikat buruh hendaknya tidak berupa pelatihan-pelatihan dengan memberikan modul dan diskusi namun lebih pada bagaimana buruh dibekali berbagai keterampilan untuk bertahan mempertahankan ide-idenya dan mengungkapkannya dihadapan penguasa. Keterampilan-keterampilan tersebut misalnya manajemen aksi, manajemen konflik, manajemen forum, komunikasi public, teknik negosiasi dan sebagainya

5. Perlu Regenerasi di Serikat Buruh
Serikat buruh paling progresif dan militant adalah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI). FSPMI dipimpin oleh Said Iqbal, seorang pemimpin muda yang cerdas (tamat S2), kreatif dan bernyali. Pemimpin buruh seperti ini jarang sekali didapat. Kalau kita lihat pimpinan buruh, rata-rata generasi tua, kurang kreatif dan peninggalan orde baru. Apabila serikat-serikat buruh ingin berdaya, maka mereka sepatutnya mencontoh regenarasi yang dilakukan FSPMI.
Said Iqbal
Hal tersebut sangat berbeda dengan serikat buruh lain. Serikat buruh lain tidak mampu memberikan tekanan yang kuat pada pemerintahan karena kurang progresif dan tidak militant. Salah satu hal yang membuat serikat buruh tidak bisa berjalan dengan baik adalah karena BERHENTINYA PROSES KADERISASI & REGENERASI di beberapa serikat buruh.

Hampir di semua tingkatan mulai dari DPC DPD bahkan sampai DPP mayoritas pengurusnya adalah MANULA, ini betul-betul sangat menyedihkan. Orang tua di serikat buruh tetap diperlukan agar bisa memberikan arahan dan bimbingan dalam menjalankan roda organisasi, namun tidak harus menempatkan mereka sebagai pengurus inti organisasi secara terus menerus.

Tidak sepatutnya serikat buruh melakukan penyiksaan terhadap orang tua dengan terus menerus menjadi pengurus tanpa pernah diganti. Sudah seharusnya serikat buruh memberikan waktu dan tempat yang layak dan pantas bagi orang tua kita untuk beristirahat dalam sebuah wadah Korps Alumni serikat buruh agar mereka bisa bernostalgia dengan teman-teman semasa perjuangan. Waktu terus berjalan, tantangan juga terus berganti.

Kehidupan dunia perburuhan yang begitu cepat berjalan tentu harus diimbangi dengan kecepatan respon dari pengurus organisasi perburuhan dan ini membutuhkan energi-energi baru tenaga-tenaga yang muda yang memiliki jiwa pejuang seperti orang tua kita ketika mereka masih muda agar bisa mengimbangi kecepatan perubahan yang sedemikian cepatnya terjadi.
6. Perlunya membangun aliansi dengan sesama serikat pekerja lain
Kebutuhan persatuan kelas pekerja akhir-akhir ini menjadi semakin mendesak melihat semakin terpecah belah nya gerakan buruh dalam berbagai kepentingan. Serikat buruh yang ada saat ini cenderung saling menjatuhkan satu sama lain. Jika hal ini terus dipertahankan, maka gerakan buruh akan semakin mudah dipatahkan karena lagi-lagi, kekuatan buruh itu ada dalam kekuatan persatuannya.

Salah satu contoh menarik adalah pemogokan yang dilakukan oleh pekerja pelabuhan di setiap pelabuhan di Australia selama 1 jam pada 7 April 2010. Pemogokan ini dilakukan sebagai bentuk protes atas kematian Nick Fanos yang tertimpa container di Port Botany. Para pekerja menuntut dilakukan revisi manajemen keselamatan bongkar muat dan membuat undang-undang National Stevedoring Safety Code.
Garda Metal
Tatanan ekonomi politik kapitalisme di mana alat-alat produksi terkonsentrasi pada segilintir orang-para klas pemodal, sementara klas buruh yang mampu menghasilkan nilai melalui kerjanya tetap berposisi sebagai klas yang terhisap menerima upah sekedar hanya untuk bertahan hidup di mana buruh bisa bekerja/berproduksi untuk keesokan harinya itupun harus direbut secara terus menerus. Sungguh klas buruh sudah lama teralienasi (terasing) dari hasil kerjanya sendiri, terasing dari kehidupan sosial politiknya.

Disisi yang lain klas buruh (diluar serikat buruh kuning) patut kita akui secara jujur dalam ukuran kuantitas (jumlah massa anggota) masihlah kecil dan secara kualitas belum sampai pada tingkat yang lebih tinggi baik kapasitas pengetahuannya maupun kualitas perjuangannya. Kecil bila dibandingkan dengan jumlah klas buruh keseluruhan ataupun bila dibandingkan dengan serikat buruh kuning, belum pada tahap kualitas yang tinggi dalam arti perjuangan gerakan klas buruh masih dominan didasarkan karena persoalan-persoalan normatif seperti upah, jamsostek dll tanpa harus mengatakan bahwa itu tidak penting.

Kalau klas buruh berhadapan musuh yang sangat kuat baik kualitas maupun perkakas pendukungnya tentulah tidak cukup kuat untuk memenangkan perjuangan sekarang maupun kedepannya manakala gerakan buruh hanya ditumpukan semata-mata pada kualitas hal-hal normatif langsung apalagi mempercayakan energinya pada kelompok lain seperti elit-elit politik yang notabenenya berkarakter borjuis yaitu bekerja untuk melayani tuan modal, sehingga kuantitas dan kualitas kekuatan gerakan buruh menjadi hal yang niscaya harus dijawab, apalagi analisa situasi obyektif yang berkembang tersimpulkan akan semakin memperparah kondisi kehidupan klas buruh sekarang dan kedepannya.

Karena itu membangun aliansi dengan serikat pekerja lain adalah keniscayaan. Banyak serikat pekerja lain yang tidak nyaman dengan kondisi sekarang dan sering turun kelapangan untuk menyuarakan aspirasinya. Misalnya Serikat Petani Indonesia, THL TBPP (tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian), komunitas kaum miskin kota, dan organisasi perjuangan lainnya. Dengan membangun kerangka kerjasama dengan organisasi lain, serikat buruh akan semakin besar dan dapat menjadi actor perubahan di Negara ini.
Demonstrasi 150 ribu Buruh Sejabodetabek , 1 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar