Rabu, 29 Mei 2013

Kemiskinan dan Kapitalisme

A. Sistem Kapitalisme Mampu Menyejahterakan Masyarakat Namun Tidak Mampu Memberantas Kemiskinan
Negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Utara memiliki pendapatan perkapita yang tinggi. Pendapatan perkapita yang tinggi berarti daya beli tinggi, kesejahteraan juga lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat pada table di bawah dimana pendapatan perkapita 10 negara tertinggi pada tahun 2010
Amerika Serikat menerapkan sistem ekonomi kapitalis campuran yang didukung oleh ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, infrastruktur yang dikembangkan dengan baik, dan produktivitas yang tinggi. Menurut International Monetary Fund (IMF), PDB AS adalah $15,1 triliun, atau sekitar 22% dari produk dunia bruto, dan dengan nilai pertukaran pasar hampir 19% dari total produk dunia bruto menurut keseimbangan kemampuan berbelanja (KKB). Jika dihitung sebagai negara tunggal, angka ini merupakan yang terbesar di dunia; PDB nasional AS hanya 5% lebih kecil dari total PDB Uni Eropa yang jumlah populasinya 62% lebih banyak.
Pada Agustus 2010, angkatan kerja di Amerika Serikat berjumlah 154,1 juta orang. Sektor pemerintahan adalah sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yang mempekerjakan sekitar 21,2 juta orang. Sedangkan sektor swasta yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor kesehatan dan bantuan sosial, mempekerjakan lebih dari 16 juta orang. Sekitar 12% angkatan kerja di AS telah tergabung ke dalam serikat pekerja, lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa Barat (30% secara keseluruhan). Pada 2011, Bank Dunia menempatkan AS di peringkat teratas negara-negara di dunia dari segi kemudahan dalam merekrut dan memecat tenaga kerja.
Resesi ekonomi global 2008-2012 sangat memengaruhi perekonomian Amerika Serikat. Sebagai contoh, tingkat pengangguran semakin tinggi, Indeks Kepercayaan Konsumen rendah, pendapatan rumah tangga terus menurun, dan penyitaan serta kebangkrutan pribadi semakin meningkat, yang ujung-ujungnya memicu krisis utang federal, inflasi, dan melonjaknya harga bahan pangan dan minyak bumi. Meskipun data resmi menunjukkan bahwa perekonomian AS sudah pulih, sebuah jajak pendapat pada tahun 2000 menunjukkan bahwa separo warga Amerika menganggap perekonomian AS masih dalam keadaan resesi, bahkan lebih parah lagi, depresi. Pada tahun 2009, AS menjadi negara dengan produktivitas tenaga kerja per orang tertinggi ketiga di dunia, di belakang Luxemburg dan Norwegia. Pada tahun yang sama, AS juga menjadi negara keempat yang paling produktif per jam, di belakang kedua negara yang disebutkan sebelumnya dan Belanda.
Menurut Biro Sensus Amerika Serikat, rata-rata penghasilan rumah tangga warga AS sebelum kena pajak adalah $49.445 per tahun; rata-rata penghasilan rumah tangga Asia-Amerika adalah $65.469, sedangkan rata-rata penghasilan rumah tangga Afrika-Amerika adalah $32.584. Dengan menggunakan tingkat pertukaran kemampuan berbelanja, rata-rata penghasilan keseluruhan rumah tangga warga AS termasuk yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.
Berdasarkan data diatas tidak dapat dipungkiri Sistem kapitalis mampu membuat angka kesejahteraan meningkat. Namun ada fakta lain yang perlu dicermati, bahwa kapitalisme ternyata tidak mampu mengatasi kemiskinan, justru kesenjangan antara yang kaya dan miskina semakin jauh. Berikut data kemiskinan di Negara-negara kapitalis.
1) Angka kemiskinan tahun 2010 di Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai titik tertingginya dalam hampir setengah abad menyusul resesi ekonomi telah membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan tahun lalu. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Associated Press, angka kemiskinan AS dapat mencapai titik tertingginya dalam 46 tahun terakhir. Sensus ini berdasarkan pada pendapat puluhan ekonomis dan akademisi di Amerika Serikat. Data juga menunjukkan bahwa angka kemiskinan resmi bisa mencapai 15,7 persen pada 2011, yang berarti kenaikan enam persen dibandingkan tahun sebelumnya.Perkiraan yang oleh para ahli menunjukkan bahwa sekitar 47 juta orang di AS, atau satu dari setiap enam warga negara ini, tahun lalu hidup miskin. Catatan tertinggi tingkat kemiskinan di Amerika Serikat terjadi tahun 1959 yang mencapai 22,4 persen ketika pemerintah mulai mendata angka kemiskinan. Menurut hasil studi Brookings Institution seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (4/11/2011), warga di lingkungan yang sangat miskin -- di mana setidaknya 40 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan -- telah meningkat sepertiga mulai 2000 hingga 2009 meski kenaikan ini tidak sama di seluruh AS. Sementara kemiskinan terkonsentrasi nyaris dua kali lipat di kota-kota AS seperti Detroit, Michigan, Dayton, Ohio dan meningkat sepertiga di kota-kota AS lainnya seperti Baton Rouge, Louisiana, Jackson dan Mississippi. Dari 29 kota yang disurvei dengan lebih dari 30.000 penduduk, 25 diantaranya selalu meminta bantuan makanan dari pemerintah dalam satu tahun terakhir. Di kota Missouri, Kansas, jumlah mereka yang meminta bantuan makanan meningkat 40%, peningkatan tertinggi dalam survei. Penduduk di kota Boston dan Salt Lake juga banyak yang meminta bantuan makanan diikuti dengan Philadelphia.
2) Angka tunawisma di 29 kota AS yang disurvei meningkat sekitar 6%, menurut laporan survei konperensi walikota. Kota dengan angka tunawisma tertinggi adalah Charleston, South Carolina dengan angka 33% dan diikuti dengan Cleveland, Ohio, 21% dam Detroit, Michigan, 16%. Laporan juga menyebutkan seperempat tunawisma dewasa "mengalami gangguan mental parah" dan 13% diantaranya adalah veteran militer Amerika. Sekitar 18% dari mereka yang menggelandang tidak mendapatkan bantuan karena kurangnya tempat penampungan.
3) Penduduk Austria pada 2011 berjumlah 8,42 juta. Sebanyak 1,05 juta orang Austria menghadapi risiko kemiskinan pada 2011, disiarkan di dalam laporan ORF. Laporan sosial Statistik Uni Eropa mengenai Penghasilan dan Kondisi Hidup (EU-SILC) juga menyatakan kalau mereka yang "beresiko menjadi miskin atau tersisih". jumlahnya mencapai 1,4 juta orang
4) Palang Merah Internasional memberikan bantuan pangan di 20 negara akibat meluasnya kemiskinan di Eropa. Di Spanyol, sekitar tiga juta orang bersandar pada bantuan ini. Bukan hanya bantuan pangan yang diterimanya, tapi juga tunjangan untuk pembayaran sewa rumah, air dan listrik. Ancaman kemiskinan terutama dihadapi oleh kaum muda, imigran dan orang tua tunggal.
5) Organisasi ILO dalam laporannya menegaskan keberadaan lebih dari 26 juta pengangguran di Eropa berasal dari penerapan kebijakan mematikan penghematan ekonomi. Laporan yang dirilis organisasi ini bertetapan dengan pembukaan konferensi Eropa di Oslo, ibukota Norwegia menyebutkan bahwa selama 6 bulan lalu ada satu juta orang di UE yang kehilangan pekerjaannya. Organisasi Buruh Internasional ini juga menegaskan bahwa pada 2012 bila dibandingkan dengan tahun 2008 dan sejak dimulainya krisis ekonomi telah bertambah 10 juta orang pengangguran di Eropa.
6) Komisi Eropa juga di laporan terbarunya mengkonfirmasikan peningkatan angka pengangguran di UE menjadi 10,9 persen dari masyarakat usia produktif di UE. Pengangguran akan berakibat kemiskinan merupakan masalah sosial, bukan saja menimpa negara-negara yang baru menjadi anggota, tapi juga menimpa negara-negara besar di zona euro. Berdasarkan laporan Komisi Eropa, populasi 27 negara anggota UE mencapai 501 juta orang dan dari jumlah ini lebih dari 100 juta berada di bawah garis kemiskinan.
7) United Nation Children Fund (UNICEF) mengatakan bahwa sekitar dua juta anak hidup dalam kemiskinan di Italia (13/4). Di Italia, 17 persen anak-anak hidup di bawah garis kemiskinan, ini menunjukan bahwa 1,8 juta anak-anak kehilangan akses untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti makan. UNICEF mengatakan bahwa 20 persen anak-anak tinggal di rumah yang menghasilkan pendapatan kurang dari 50 persen dari pendapatan rata-rata negara. UNICEF mengukur kesejahteraan anak-anak dengan memperhatikan kesehatan, pendidikan, keselamatan, perumahan, dan lingkungan fisik juga materi.
Seperti dilansir The Daily Beast, anak-anak hampir tidak mendapatkan pendidikan dan mencari pekerjaan yang langka, orang tua mereka mencari nafkah secukupnya dan bayi-bayi mereka ditinggalkan dengan anak-anaknya yang lain sebagai pengasuhnya. Semakin banyak anak-anak bekerja sebagai buruh di pertanian. Posisi kesejahteraan anak-anak Italia berada di belakang Negara Spanyol, Hongaria, dan Polandia. Italia menempati urutan ke 24 dari 29 negara.
Di sisi lain jumlah orang kaya di Amerika terus meningkat dengan jumlah kekayaan yang juga meningkat. majalah finansial ternama Amerika Serikat Forbes kembali mengumpulkan orang-orang kaya dari seluruh belahan dunia. Terdapat 1.426 miliuner yang masuk dalam data Forbes. Jumlah total seluruh kekayaan mereka mencapai hingga 5,4 triliun dolar AS. Naik dari 4,6 triliun dolar AS pada 2012. Amerika Serikat masih memegang rangking satu dengan jumlah orang kaya paling banyak yakni 442 orang. Diikuti oleh Asia Pasifik dengan 386 orang, Eropa berjumlah 366 orang, Amerika Latin 129 orang dan rombongan Timur Tengah bersama Afrika sejumlah 103 orang. Total kekayaan 400 orang terkaya Amerika 106,35 triliun dolar AS.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa kapitalisme mampu membawa kesejahteraan bagi Negara namun tidak mampu memberantas kemiskinan. Justru semakin lama jurang kesenjangan social antara orang kaya dan orang miskin semakin tinggi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith (1776) bapak kapitalisme menyatakan bahwa masalah ekonomi hanya dapat diselesaikan dengan mekanisme pasar, dimana keseimbangan penawaran dan permintaan akan terwujud melalui pasar persaingan sempurna, informasi sempurna dan hal ini digerakkan oleh tangan tidak kentara (invisible hand) melalui prinsip invisible hand pasar akan mengarahkan setiap individu untuk mengejar dan mengerjakan yang terbaik untuk kepentingannya sendiri, yang pada akhirnya juga akan menghasilkan yang terbaik untuk seluruh individu. Peran pemerintah tidak diperlukan karena akan menyebabkan perekonomian mengalami distorsi dan inefisiensi
Perjalanan sejarah membuktikan teori ekonomi pasar tidak berjalan efisien dan efektif, Individu dengan motifnya masing-masing ternyata lebih sering melakukan cara-cara non produktif dan mekanisme pasar pun seringkali gagal mengkoreksinya. Setiap individu memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda, meniadakan peran Negara untuk melindungi individu yang lemah dapat menciptakan ketimpangan dalam masyarakat.
Persoalan kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran, sempitnya lapangan kerja, disparitas pendapatan antar golongan masyarakat serta ketergantungan pada asing bukan semata-mata persoalan ekonomi, tetapi menyangkut struktur politik, nilai budaya dan nilai sosial.
Karena itu peran Negara perlu di ada dan diperkuat tidak hanya untuk melindungi individu yang lemah tapi juga untuk menjaga keseimbangan anatara ekonomi, politik dan social. Ketiga bidang tersebut diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan pada masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar